Minggu, 10 Maret 2013

Kutitipkan mereka kepadaMu


Kutitipkan mereka kepadaMu
Karya : Devi Nur Safitri

Selesai priksa ke Dokter Jenny karena Vitri sakit, Bunda menyuruh Vitri tidur, lalu Bunda menuju keruang tamu untuk menemui suaminya
“Yah.. ?”
“iya Bunda”
“Bunda khawatir dengan keadaannya”
“sudahlah Bunda kita berdoa saja. Jangan sampai dia tahu tentang penyakitnya karena Ayah yakin Vitri adalah anak yang kuat. Percayalah istriku” kemudian ayah memeluk Bunda Vitri sambil meneteskan air mata
        pukul 4.30 Vitri bangun dari tidurnya segera dia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat dia membuka pintu kamar orangtuanya pelan-pelan, dilihatnya Bunda sedang mengaji dan ayah sedang berdzikir kemudian dia kekamar dan belajar.
“Nak sudah jam setengah enam, kamu sudah mandi?” kata Bunda Vitri dari luar pintu
“sudah Bunda. Bunda kepala Vitri pusing, rasanya sakit seka...” mendengar segera Bunda Vitri bergegas membuka pintu kamar Vitri dan melihat Vitri sudah terbaring lemas dilantai
“ayah... ayah...”
        Ketika tersadar Vitri bertanya pada Bundanya dia ada dimana. Bunda menjawab
“kamu tidak apa apa kok Nak, hanya saja Dokter menambahkan cairan ketubuhmu agar kamu tidak sering sakit. Kamu dirumah Sakit” Ayah tak kuasa melihat anak semata wayangnya sakit segini parahnya yaitu menderita leukimia, trombosit nya sangat rendah. Melihat Ayah keluar ibu menangis dan mencium tangan Vitri.
“Bunda ? ayah kok keluar ada apa? Bunda menangis?”
sambil menangis dan mencoba untuk menahan rasasedihnya Bunda berkata “tidak Vitri Bunda hanya kasihan melihatmu sakit. Oh mungkin ayah ada tugas mendadak dikantornya. Kan ayah sibuk sekali?”
“sesibuk apapun orangtua kalau anaknya sakit pasti rela cuti. Ayah enggak sayang sama Vitri” Vitri ngambek dengan ayahnya karena dalam pikirannya Ayahnya lebih mementingkan pekerjaannya daripada dia.
        Diluar Ayah Vitri duduk disebuah kursi panjang didepan ruang Teratai VII tempat Vitri di rawat. Ayah menangis sedih tak lama Bunda menghampiri
“Ayah? Yah Vitri ngambek dengan ayah?”
“kenapa Bun?
“tadi Bunda bingung mau alasan apa ketika Vitri bertanya mengapa ayah keluar, Bunda menjawab mungkin ayahmu ada pekerjaan yang belum diselesaikan dikantor. Maafkan Bunda ya yah?”
“tidakapa-apa Bunda” kemudian bunda merebah dipundak Ayah Vitri. Terdengar suara Vitri Bunda segera tersadar dari tidurnya, ayah pun juga dan segera masuk kedalam
“Vitri.. Vitri bangun Nak!” bunda dan ayah berteriak kemudian ayah memanggil dokter. Segera Ibu menelfon teman Vitri satu persatu terutama Putra karena saat Vitri berbicara tanpa tersadar nama pertama yang dia sebutkan adalah Putra. Vitri berkata “Putra Putra.. teman-teman. Putra.. Bunda Ayah kalian semua dimana. Putra.....” saat dia tidak tersadar tadi
        Saat itu jam menunjukkan pukul 01.05 teman-teman Vitri beserta orangtuanya masing-masing datang, guru-guru Vitrijuga datang semua
“sabar ya Jeng mungkin ini cobaan” para orang tua teman-teman Vitri berbicara begitu dan mereka saling mengobrol-ngobrol diluar karena dokter tidak mengizinkan satu orangpun masuk sebab kondisi Vitri sangat parah.
“Vitri anak yang sangat baik saya yakin dia akan sembuh” kata Bu Yos guru kesayangan Vitri.
“maafkan saya dan ayah Vitri  telah menganggu kalian semua, menganggu tidur malam kalian” kata Bunda Vitri. Tiba-tiba Putra beserta Mama dan Papanya datang terlambat, Putra berlari karena ingin segera mengetahui keadaan Vitri.
“jangan Putra Jangan! Biarkan Vitri istirahat tidak ada yang boleh masuk” kata teman-teman Vitri yang lain sambil menangis histeris dan mencoba menahan Putra agar tidak masuk, mama dan papa Putra ikut menangis dan menyuruh Putra agar bersabar.
Dokter menyuruh kedua orang tua Vitri keruang Dokter sementara yang lain menunggu didepan ruang Teratai VII tempat Vitri di rawat. Tak lama bunda dan ayah Vitri muncul segera para orangtua, guru-guru Vitri teman-teman Vitri. Setelah itu Bunda menyanyakan yang namanya Putra, Putra menjawab “saya Putra?”
“ada hubungan apa kamu dengan anak saya?”
“maafkan saya Bu, saya tahu ini semua salah saya. Saya tahu bahwa Vitri tidak boleh berpacaran, tapi hati dan kekuatan cinta tidak bisa dipaksa. Vitri mencintai saya, saya pun lebih mencintainya”
“jadi kamu pacarnya Vitri? Tidak apa Nak, Vitri anaknya bisa membagi waktu saat dia harus smssan, bermain, belajar sholat, dan terimakasih kamu telah menjaganya.”
“maaf kan saya Bu. Ma Pa maafkan Putra, Putra tidak bilang ke Mama dan Papa”
“iya nak tidak apa”
“iya Putra tidak apa-apa sayang. Vitri kan anak yang baik”
        Hari menjelang pagi namun Vitri tak kunjung sadar. Pukul 05.00 dini hari teman-teman Vitri pamit untuk pulang karena ingin bersekolah namun tidak dengan Putra, mama dan Papanya serta kedua orangtua Vitri sudah menyuruhnya pulang bukannya mengusir tapi menyuruh untuk bersekolah dan beberapa kali Putra mengatakan
“laki-laki macam apa aku? Aku sayang sama Vitri Ma, Pa, Tane, Om. Aku tidak ingin meninggalkan Vitri sebelum dia sadar dari keadaan kritisnya”
“Nak Putra, Bunda tahu, tahu sekali bagaimana perasaan Nak putra. Tapi Bunda leih tahu tentang Vitri, mungkin dalam tidurnya ini (kritis) Vitri ingin melihat Nak Putra selalu tersenyum dan tidak menangis pilu karenanya. Vitri anak yang kuat, dan Nak Putra anak yang bijak. Ayolah Nak sekolah agar Vitri senang melihat kamu semakin pintar. Dan jangan lupa doakan dia” setelah berbicara panjang lebar bermaksud untuk menyuruh Putra sekolah, pertama Putra masih mengelak, kedua dia masih saja mengelak dan ketiga dia mengatakan
“aku akan menjadi orang yang bijak, dan indah dimata Vitri. Tante, Om, Putra dan mama serta papa pulang dulu ya? Kabari Putra ini nomor ponsel Putra”
Disekolah Putra merasa sangat teriris sekali hari ini.dia tak dapat berkonsentrasi dalam belajar. Saat istirahat tiba beberapa teman Putra mengajaknya untuk kekantin namun semua ditolaknya. Kemudian datanglah geng-geng putra yang terdiri dari (Surya, Dimas, Arda, Temmy, Qen, Citra, Sora, Bulan, dan juga Netta) namun tetap Putra menolaknya
“Putra jangan membuat kita semakin sedih, siapa coba yang tidak sedih jika ada sahabatnya yang sakit? Aku tahu bagaimana perasaan mu. Kita harus mendoakannya bukan malah menangisinya yang membuat Vitri semakin sedih. Dan tidak punya semangat” kata Bulan bijak
“tapu Bulan?” jawab Putra lemas sembari menangis
“sudahlah Putra kita semua sebagai sahabatnya juga sedih. Jadi kamu tidak boleh terlalu mendalami kesedihanmu ada kita yang selalu mensupportmu dan juga Vitri” kata Citra
“kita juga sama-sama merasakan kesedihan itu” selang Surya dan Dimas
“iya Putra, lebih baik kita sholat bagaimana” kata Sora
“setuju deh sama kamu” jawab Qen centil
“cowok kok centil” bantah Netta karena didalam geng tersebut Netta dan Qen layaknya orang yang tertukar jiwa. Netta cewek namun tomboy, Qen yang cowok malah lagaknya seperti cewek.
Sepulang sekolah geng-geng Vitri atau Putra janjian untuk menjenguk Vitri dirumah sakit, namun mereka semua pulang dulu untuk pamitkepada orangtua, makan dan juga ganti baju. Semua sudah terkumpul tinggal menunggu Temmy datang tak lama Temmy datang dan mereka segera berangkat menuju rumah sakit menaiki taksi.
sesampainya disana mereka langsung keruang Teratai VII tempat Vitri dirawat. Dokter hanya mengizinkan satu persatu orang masuk, disana terdapat banyak sekali teman-teman ayah Vitri. Putra masuk duluan sebelum teman-temannya, namun Putra hanya melihat Vitri terbaring lemas sudah tidak mengenakan cairan juga pendeteksi jantung. Dia seperti orang yang tertidur
“Vitri kamu sudah sembuh? Vitri kamu tidur ya, Vitri bangun Vitri bangun.....” kata Putra sambil menitikkan airmatanya dipipi Vitri yang tampak diam membisu. Diluar terdegar suara tangisan histeris dari orang-orang yang disayangi Vitri, Putra sempat kaget mendengar tangisan tersebut. Kemudian dia mencium tangan Vitri dan keluar. Dilihatnya teman-temannya menangis histeris dan keduan orang tua Vitri saling berselanjar dan menangis, orangtua yang lain mencoba menenangkan hati kedua orang tua Vitri namun mereka tak kunjung berhenti menangis. Putra semakin bingung dilihatnya Surya, Dimas, Arda, dan Temmy menangis sambil memukul-mukul tembok seperti orang yang sangat menyesal, dan Qen tergeletak dilantai sambil menangis. Sementara yang cewek sambil encoba menahan tangisnya mendekat ke Putra diikuti juga dengan Surya, Dimas, Arda, Temmy, dan Qen.
“Putra sabar ya? Mungkin ini cobaan Tra...aku yakin kamu bisa” tutur Bulan, tanpa menjawab Putra perlahan meneteskan airmatanya dan terdiam seakan suasana menjadi hening. Kemudian Putra menjerit. “tidak.. ini tidak mungkin..”
tangisan itu muncul kembali dan kemudian datang dua suster membawa Vitri kekamar jenazah. Sebelum dibawa kekamar jenazah semua sempat melihat Vitri dan menangis histeris.
Tak lama jenazah Vitri dibawa pulang dan dimakamkan. Setelah semua pergi tinggallah Putra seorang diri sambil mendoakan Vitri.


Tidak ada komentar: